Friday, June 10, 2022

12:17 AM
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta Bertarung di Semifinal Liga 2 Musim 2021.

RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta Bertarung di Semifinal Liga 2 Musim 2021


RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta Bertarung di Semifinal Liga 2 Musim 2021

Posted: 26 Dec 2021 08:38 AM PST

RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta Bertarung di Semifinal Liga 2 Musim 2021.lelemuku.com.jpg

CIBINONG, LELEMUKU.COM - Pertandingan RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta akan menjadi salah satu laga semifinal Liga 2 musim 2021 yang digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Senin, 27 Desember 2021.

Menjelang pertandingan, pelatih PSIM Yogyakarta, Seto Nurdiantoro, mengatakan timnya tidak bisa bermain dengan kekuatan penuh saat melawan RANS karena sebagian pemainnya mengalami cedera dan beberapa yang lainnya kurang sehat.

Ia pun masih menunggu hasil pemeriksaan medis terbaru untuk bisa menentukan skuad yang akan dimainkan. Ia mengisyaratkan bakal melakukan rotasi pemain.

Masa recovery yang singkat juga menjadi masalah yang harus dihadapi Seto. Meski begitu, ia memastikan pelatih dan pemain PSIM akan berusaha maksimal untuk untuk meraih hasil terbaik saat menghadapi skuad asuhan Rahmad Darmawan.

"Tidak ada taktik dan strategi yang ditekankan, harapannya kami bisa menjaga kebugaran di kondisi kami yang tidak bisa full team," kata Seto Nurdiantoro dalam konferensi pers virtual, Minggu, 26 Desember 2021.

Mantan pelatih PSS Sleman ini menyadari lawan yang dihadapi di semifinal ini merupakan tim yang kuat. Selain memiliki materi pemain yang bagus, kehadiran Rahmad Darmawan sebagai pelatih kepala membuat tim tampil stabil.

"Saya pikir pertandingan nanti akan sulit bagi kami, tapi apapun itu, kami ikuti rencana tuhan seperti apa," ujarnya.

"Semoga keberuntungan masih menyelimuti kami sehingga kami bisa meraih hasil positif dan terbaik buat tim kami," kata Seto yang mengaku masih berusaha mencari kelemahan RANS Cilegon FC.

Sebagian pemain PSS yang dulu dilatih Seto kini bermain untuk RANS. Menanggapi hal itu, pelatih PSIM tersebut mengatakan bahwa dia memang mengetahui karakter permainan mereka secara individu, tetapi yang dihadapi nanti adalah tim.

"Cara kerja tim kita tidak tahu, itu yang akan kami antisiapasi. Yang penting, kami semua, pelatih dan pemain habis-habisan di pertandingan besok," ujarnya.

Seto menekankan kepada para pemainnya untuk bermain lepas dan menikmati pertandingan. "Saya tidak ingin memberikan beban kepada pemain. Saya ingin pemain los dol, bermain asyik, bermain enjoy," ujarnya.

Selain itu, dia berharap timnya bisa cepat beradaptasi dengan Stadion Pakansari yang menjadi tempat pertandingan semifinal. Sebab, mereka belum pernah bermain di stadion tersebut sebelumnya.

Pemain PSIM Yogyakarta, Syarif Wijianto, menambahkan, ia dan rekan-rekannya di tim akan berjuang semaksimal mungkin, bermain fokus dan menikmati pertandingan.

Menurut dia, pertandingan melawan RANS adalah laga penting untuk bisa promosi ke Liga 1. "Mudah-mudahan hasilnya baik dan keberuntungan bersama kami," ujarnya.

Pertandingan semifinal Liga 2, RANS Cilegon FC vs PSIM Yogyakarta akan dimainkan mulai 17.00 WIB. Sementara, Martapura Dewa United vs Persis Solo digelar mulai 21.00 WIB. Kedua laga itu akan disiarkan langsung di Indosiar. (Tempo)

Larone Rilis Single dan Film Dokumenter Pendek untuk Single Terbaru "Living Room"

Posted: 14 Dec 2021 07:38 PM PST

Larone Rilis Single dan Film Dokumenter Pendek untuk Single Terbaru Living Room.lelemuku.com.jpg

BANDUNG, LELEMUKU.COM - Setelah beberapa waktu lalu merilis 2 single yang menjadi penanda dibukanya Trilogi EP "Life: Fears + Hopes"miliknya, kini, penyanyi-penulis lagu asal Bandung, Laronə kembali dengan single ketiga sekaligus penutup dari EP pertama di Trilogi tersebut. Lagu diberi judul 'Living Room' dan dihadirkan oleh Laronə dengan lirik yang eksistensial dan penuh dengan pertanyaan yang juga merupakan ciri khas dari singer-songwriter satu ini.

'Living Room' memiliki makna mendalam dari hanya sekedar ruang tengah yang ada di dalam rumah dimana seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan mereka. Di lagu ini, Laronə ingin menyampaikan suguhan kisah tentang jiwa yang sangat sedih karena terjebak diantara dunia nyata dan khayalan atau imajinasi.

Dihadirkan dalam gaya seperti Laronəyang sedang melingkar dan berdiskusi dengan dirinya sendiri, lagu ini juga mempertanyakan akan kebenaran adanya kebahagiaan dan cinta di dunia nyata ini. " Is there such thing as Love ? ....... Is there such thing as Happiness ?"

Sama seperti lagu-lagu sebelumnya, keseluruhan vocal dan lirik digarap sendiri oleh Laronə yang juga dibantu oleh Aji Suherri (ASH) sebagai Music Producer menemani dirinya, Guitar oleh Anjuan Julio, Ukulele oleh Zasfa, Sound Engineer Operator oleh Ariesta Ilham Ramadhan, sementara Mixing dan Mastering oleh Canggar Krisnatry di Borland Audiolabs Bandung. Dalam membuat artwork dari lagu ini sendiri, Laronə mengajak pula Hilman Sukmana.

Selain dirilis secara digital, Laronə juga tengah menyiapkan sesuatu yang special untuk lagu 'Living Room' ini yaitu sebuah Short Documentary Film. Dengan durasi 8 menit, Short Documentary Film dari 'Living Room' ini akan menceritakan tentang kehidupan soliter Mbok Iyem, seorang tukang pijat yang tinggal di rumah sepetak miliknya sendirian tanpa adanya teman, keluarga, atau pasangan selama hidupnya.

Film dokumenter pendek ini Diproduseri oleh Helena Shafira yang sekaligus merupakan Scriptwriter dari film ini. Sementara Sutradara sekaligus Director of Photographyoleh Salsabila Ceva Prasetya, Narrator oleh Rinalsa Rosdiana, Editor oleh Athaya Tsabita Yordani dan Salsabila, Translator oleh Nisrina Adriyanthi, Development oleh Riza Ilyasa, dan Supervisor oleh Derry Prananda.

'Living Room' menjadi penutup manis EP pertama dari rangkaian Trilogi EP "Life: Fears + Hopes" yang akan dirilis oleh Laronə di beberapa waktu mendatang. Ini juga menjadi salah satu bukti keseriusan Larone untuk terus memberikan karya-karya terbaiknya bagi penikmat musik di Indonesia dan dimanapun berada. (Tembang)

Bagaimana Jemaah Islamiyah Bangkit dan Menyusup ke Dalam Institusi di Indonesia

Posted: 26 Nov 2021 07:24 PM PST

Bagaimana Jemaah Islamiyah Bangkit dan Menyusup ke Dalam Institusi di Indonesia.lelemuku.com.jpg

Penangkapan terduga teroris dalam jumlah besar di Indonesia selama tahun 2021 ini mengungkap kesuksesan Jemaah Islamiyah (JI) dalam mendirikan kembali perkumpulannya selama lebih dari satu dekade. Sejak dimulai pada tahun 2008, JI sangat bergantung dengan partisipasinya dalam organisasi sosial-keagamaan Islam untuk mendapatkan rekrutan baru, dana, dan bahkan pengaruh politik dari lembaga keagamaan semi pemerintah. Prevalensi JI dalam organisasi semacam itu semakin memperumit operasi kontraterorisme karena tindakan keras terhadap anggota JI akan semakin dipandang sebagai tindakan keras terhadap Muslim. Demi mencegah JI semakin berkembang di masa depan, penangkapan anggotanya harus dibarengi dengan program kontra-radikalisasi di akar rumput yang inklusif dan menambah transparansi operasi kontraterorisme.

Apakah Jemaah Islamiyah?


Jemaah Islamiyah (JI) adalah organisasi teroris yang berafiliasi dengan Al Qaeda di Asia Tenggara yang berada dibalik aksi Bom Bali tahun 2002, yang menewaskan 202 orang, dan hingga kini merupakan tindakan terorisme paling fatal di Indonesia. Saat ini, salah satu komandan dan koordinator utama JI dengan Al Qaeda, Hambali, masih ditahan di Guantanamo karena memfasilitasi sejumlah pelaku serangan 11 September atau 9/11 melintasi Malaysia.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia melabeli JI sebagai organisasi teroris dan ilegal di Indonesia karena bertujuan mendirikan Negara Islam. Tidak lama sesudah itu, operasi gabungan polisi dan militer menangkap dan membunuh banyak anggota JI. Namun, JI masih menjadi ancaman yang signifikan hingga saat ini.

Dalam dekade terakhir, organisasi tersebut telah merapatkan kembali barisannya dan pada tahun 2019, JI adalah organisasi teroris terbesar di Indonesia dengan sekitar 6.000 anggota. Meskipun JI tidak melakukan serangan dalam satu dekade terakhir, mereka telah mempersiapkannya dengan melakukan pelatihan militer tahunan dan mengirim kader ke Suriah untuk berlatih bersama Jabhat al Nusra dan Hayat Tahrir al-Sham.

Saat ini, hubungan transnasional JI lemah, namun masih memiliki ambisi transnasional. Kelompok itu terutamanya bercita-cita untuk tidak hanya mendirikan Negara Islam di Indonesia tetapi juga menggunakan kekhalifahan di Indonesia untuk mendukung organisasi jihad lainnya dalam mendirikan kekhalifahan yang lebih besar di Suriah.

Penangkapan besar-besaran dan dampaknya terhadap JI


Selama tahun 2021, operasi kontraterorisme Indonesia semakin bertambah agresif.  Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah "tindakan preemtif" yang dilakukan terhadap terduga teroris selama tahun ini.

Antara Januari dan pertengahan November, aparat keamanan Indonesia telah menangkap 339 dan membunuh 18 tersangka teroris. Secara keseluruhan, ini menunjukkan kenaikan 56% dibandingkan dengan tahun 2020 dan merupakan jumlah penangkapan teroris tahunan tertinggi kedua di Indonesia dalam lima tahun terakhir, setelah tahun 2018 saat aparat keamanan menangkap 396 tersangka teroris.

Yang terpenting, sebagian besar penangkapan tahun ini menargetkan anggota JI –– organisasi teroris yang telah menahan diri untuk tidak melakukan serangan dengan fokus pada dakwah dalam satu dekade terakhir. Dari seluruh tersangka teroris yang terbongkar afiliasi organisasinya, hampir 45 % di antaranya adalah anggota JI. Sebagai perbandingan, hanya 37 % dari mereka yang tergabung dalam Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan kelompok ekstrim ISIS. Ini menunjukkan bahwa aparat keamanan melakukan pergeseran fokus yang signifikan karena pada tahun 2020, anggota JI hanya mencakup 27% persen dari semua penangkapan.

Sebagian besar dari penangkapan ini menargetkan mereka yang memiliki peran vital dan strategis dalam operasional sehari-hari di JI. Sebagian besar anggota JI ditangkap karena peran logistik mereka, seperti di Bangka Belitung yang ditangkap karena mengirim senjata api ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Ada yang mempunyai peran keuangan, seperti yang ditangkap di Lampung karena bekerja di organisasi amal JI, LAZ ABA.

JI dan prevalensinya dalam lembaga sosial dan institusi di Indonesia


Tren penting yang terungkap dari sejumlah penangkapan ini adalah prevalensi anggota JI di organisasi sosial dan keagamaan. Sejak tahun 2018, anggota JI diketahui telah mengikuti organisasi amal keagamaan seperti One Care, Syam Organizer, dan LAZ ABA.

Pada Desember 2020, badan amal ini diketahui telah menyebar sekitar 20.000 kotak amal di 12 provinsi di Indonesia. Baru-baru ini, laporan polisi mengungkapkan bahwa beberapa organisasi amal ini berhasil mengumpulkan total Rp 70 juta (USD 4.900) per bulan.

Namun, di tahun 2021 terungkap juga bahwa jangkauan JI telah lebih dari sekadar organisasi amal, dengan juga menjangkau organisasi politik-keagamaan. Seorang anggota JI, Farid Okbah, diketahui pernah memimpin Partai Dakwah Rakyat Indonesia. Anggota lain, Ahmad Zain an Najah, diketahui sebagai anggota komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ada tiga aspek yang melatarbelakangi kehadiran JI di berbagai organisasi sosial politik tersebut. Pertama, dimotivasi oleh prinsip JI untuk tidak melakukan kekerasan yang diformalkan pada 2008. Bagi JI, kekerasan dipandang sebagai hanya satu dari sekian banyak cara untuk terwujudnya pendirian Khilafah. Anggota mereka dapat fokus pada kegiatan non-kekerasan seperti dakwah atau bahkan demonstrasi damai dan tetap berkontribusi pada jihad.

Kedua, masuknya JI ke dalam organisasi sosial politik juga dilatarbelakangi oleh keperluan dana. Organisasi amal adalah sumber dana yang sangat menguntungkan. Organisasi sosial juga berisiko rendah untuk mengangkut dan merekrut anggota. MIT, misalnya, mengangkut rekrutan baru ke Poso dengan dalih sebagai relawan kemanusiaan dalam upaya tanggap bencana gempa Palu tahun 2018. Pada awal 2000-an, JI juga mengangkut anggota ke Ambon melalui organisasi amal KOMPAK.

Ketiga, partisipasi dalam organisasi sosial politik juga dilatarbelakangi oleh tujuan strategis. Sejak Para Wijayanto diangkat sebagai pemimpin, JI sangat menekankan perlunya memenangkan "pertempuran konsep" sebelum mereka dapat memenangkan pertempuran kekhalifahan. Kemenangan konsep ini, yang disebut tamkin risalah, mengharuskan mereka untuk secara sistematis melemahkan dan mendelegitimasi pemerintah dan ideologinya melalui "perang informasi." Itulah sebabnya mereka menempatkan anggotanya di sejumlah posisi kunci di kelembagaan seperti MUI dan partai politik.

Bagaimana seharusnya operasi kontraterorisme merespons?


Partisipasi JI dalam organisasi sosial-keagamaan populer ini telah mengakibatkan operasi kontraterorisme Indonesia menjadi rumit. Karena popularitas lembaga-lembaga ini, banyak penangkapan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) terhadap anggota JI ditanggapi dengan protes yang mengklaim bahwa Densus 88 bersikap Islamofobia dan secara khusus menargetkan Muslim dan ulama. Sebagai contoh, tidak lama setelah penangkapan Ahmad Zain an Najah, terjadi demonstrasi di Solo yang menyerukan pembubaran Densus 88 karena terlalu fokus pada "penangkapan ulama" dan kurang fokus pada kelompok teroris di Papua.

Penting bagi aparat keamanan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas operasi mereka, untuk menyikapi kehadiran JI di organisasi sosial-keagamaan. Hal ini perlu untuk menangkal kecurigaan yang muncul selama penangkapan, terutama ketika berhadapan dengan organisasi keagamaan di masyarakat.

Memfokuskan pada pengembangkan program kontra-radikalisasi di akar rumput yang efektif adalah juga penting, mengingat fokus JI saat ini bukan pada kekerasan, tetapi pada memenangkan perang narasi yang mendelegitimasi ideologi pemerintah vis-à-vis ideologi mereka sendiri. Pertempuran ideologis inilah yang perlu ditangani oleh Indonesia untuk secara efektif mematahkan ancaman JI.

Alif Satria adalah peneliti di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia dengan fokus pada terorisme dan kekerasan politik di Asia Tenggara.